Thursday, October 21, 2004

Tulisan seorang teman

Ada sebuah kisah klasik tentang Abe Lincoln yg dg jelas membuktikan, bahwa kasih itu praktis, bahwa rekonsiliasi itu mungkin, dan bahwa pengampunan adalah obat penawar luka kemanusiaan yg paling mujarab.

Kisahnya adl ketika Abe melakukan kampanye kepresidenan.
Saingannya yg paling utama adl seorang yg bernama Stanton. Stanton ini sangat membenci Lincoln. Ia memakai setiap kesempatan sekecil apapun u/ menjatuhkan musuhnya, kalau perlu dgn fitnah. Tp akhirnya Abe yg terpilih.

Ketika tiba saatnya presiden terpilih tsb menentukan susunan kabinetnya, ia membuat pembantu2 terdekatnya terhenyak, terutama tatkala ia memilih Stanton sbg menteri yg memegang posisi terpenting waktu itu, yaitu menteri peperangan. Penasihat demi penasihat bergantian mengingatkan Lincoln, memprotes pilihan sang presiden. Tp Lincoln tetap pd pendiriannya.

Sikap kenegarawanannya nampak sekali ketika ia berkata, "Ya, saya tentu mengenal Tuan Stanton, serta menyadari semua hal buruk yg pernah ia katakan mengenai saya. Tp setelah mempertimbangkan kebaikan seluruh negara, saya tiba pada kesimpulan bahwa ialah org yg paling baik u/ jabatan tsb."

Pilihan Lincoln terbukti tdk meleset. Stanton mjd menteri yg paling baik, dan pembantu Lincoln yg paling setia. Ketika beberapa tahun kemudian, Abe mati terbunuh, dari semua komentar terbaik ttg Lincoln, komentar Stanton adl yg terbaik. Ia berkata, "Lincoln akan tetap hidup dari masa ke masa," "He now belongs to the ages."

Kehebatan kuasa kasih juga diperlihatkan oleh Lincoln, dg kata2nya yg tetap lembut kpd lawan2nya, juga sewaktu permusuhan antara Utara dan Selatan sedang keras2nya. Ketika seorg wanita bertanya, bgmn ia dpt melakukannya, Abe menjawab, "Nyonya, bukankah aku justru menghancurkan musuh2ku, ketika aku mampu mengubah mrk mjd teman?"


0 Comments:

Post a Comment

<< Home